MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL MAKE A MATCH

MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL MAKE A MATCH

Agus Setiyanto
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Indonesia (2012)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA yang meliputi performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa kelas V pada materi jenis-jenis tanah melalui model pembelajaran make a match di SDN Pengalusan 4 Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I, nilai rata-rata performansi guru 82,85, nilai rata-rata aktivitas siswa 73,67%, nilai rata-rata tes formatif 71,07, ketuntasan belajar klasikal 71,42%. Siklus II nilai rata-rata performansi guru 90,84, nilai rata-rata aktivitas siswa 80,92%, nilai rata-rata tes formatif 83,21, ketuntasan belajar klasikal 100%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan, baik performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Pengalusan 4 Purbalingga.

Kata Kunci:   Model Pembelajaran Make A Match; Pembelajaran IPA.

Abstract
This research aims to improve the activity and study of sains that includes the performance of teachers, activities, and learning outcomes of fifth grade student on the material properties of the built space through the implementation of  make a match learning model in SDN Pengalusan 4 Purbalingga. The research method used is classroom action research implemented in two cycles for  4 sessions. Each cycle was done four stages: planning, action, observation, and reflection. The results showed the cycle I, the average performance of 82,85 teachers, the average value of 73,67% student activity, the average value of 71,07 formative tests, 71,42% completeness classical learning. Cycle II, the average performance of 90.84 teachers, the average value of 80,92% student activity, the average value of 83,21 formative tests, 100% completeness classical learning. This shows an increase in both the performance of teachers, activities and student learning outcomes. Based on this research, it can be concluded that through make a match learning model can improve the performance of teachers, activities, and the V-grade students learn sains  SDN Pengalusan 4 Purbalingga.

Key Word: Make A Match Learning Model; Learning Sains.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Untuk itu, pemerintah berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Peningkatan kualitas pendidikan dilaksanakan melalui kegiatan sistematis yang meliputi pengembangan kurikulum, sistem penilaian maupun pembelajaran di kelas.
Pembelajaran di kelas pada setiap jenjangnya harus sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus benar-benar terarah dan harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD), kurikulum yang digunakan pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mengatur proses belajar mengajar di sekolah dasar. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam KTSP adalah pembelajaran IPA.
Ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain pengamatan, identifikasi, penyusunan dan pengujian gagasan serta penyelidikan (Samatowa 2006: 102). Dengan demikian, ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang pokok bahasanya adalah alam dan segala isinya. Pembelajaran IPA diharapkan dapat  menjadi  wahana  bagi  peserta  didik  untuk  mempelajari  diri  sendiri  dan  alam  sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam  kehidupan   sehari-hari sehingga dalam pelaksanaanya membutuhkan model yang sesuai.
Kenyataan dilapangan dalam ilmu pengetahuan alam masih banyak penggunaan model konvensional yaitu masih terpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini yang terjadi di SD Negeri  Pengalusan 4 pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi Jenis-jenis Tanah tahun ajaran 2010/2011. Dari  hasil refleksi, diperoleh kesimpulan  bahwa pemahaman terhadap Jenis-jenis Tanah masih tergolong kurang. Dari 23 siswa diperoleh rata-rata 6,25. Sebanyak  9 atau 39,13% siswa yang mendapatkan nilai sesuai dengan KKM yaitu 60, sementara 5 atau 21,74% sisanya mendapatkan nilai di bawah nilai 60  atau belum mengalami belajar tuntas. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 9 siswa atau 39,13%.
Melihat hal tersebut alternatif yang dipilih guru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe make a match. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran dalam  Huda (2008). Model pembelajaran ini mempunyai ciri mencari pasangan. Maksud mencari pasangan yaitu mencocokkan kartu yang dipegang salah satu siswa dengan kartu yang dipegang siswa lainya yang merupakan jawaban dari pasangan kartu tersebut. Setelah merasa cocok mereka bersama-sama membahasnya, kemudian mereka menuju kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian (Suprijono 2009 : 96).
 Bentuknya yang mengarah pada permainan akan membuat siswa lebih tertarik. Selain itu, pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa dituntut menemukan sendiri apa yang mereka cari.
Dengan demikian, Tindakan yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan agar dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah di SDN Pengalusan 4 Purbalingga. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan upaya peningkatan performansi guru dan aktivitas siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah melalui model pembelajaran make a match.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V SDN Pengalusan 4 Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 14 siswa. Sumber data diambil dari guru, siswa, dan dokumen. Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes. Alat pengumpul data berupa soal tes formatif untuk siswa dan lembar observasi performansi guru melalui APKG I (perencanaan pembelajaran) dan APKG II (pelaksanaan pembelajaran) dan lembar aktivitas siswa melalui lembar aktivitas siswa.
Pengkajian data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil kerja siswa. Sedangkan observasi dan hasil wawancara menggunakan metode kualitatif.
Teknik Analisis Data Kuantitatif
Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil belajar, antara lain:
(1)      Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa:

Keterangan :        
SP                         = Skor Penilaian
SM                       = Skor Maksimal
Bobot Soal           = Bobot soal keseluruhan 
(BSNP, 2007: 25)
(2)      Untuk menentukan rata-rata kelas:
 
       
Keterangan :
NR           = Nilai Rata-rata
NA           = Nilai Akhir
SN            = Jumlah Siswa
(Sudjana, 2010: 125)
(3)      Untuk menentukan tingkat tuntas belajar klasikal:
Keterangan:  
TBK = Tuntas Belajar Klasikal
Teknik Analisis Data Kualitatif
(1)  Data Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar IPA, maka analisis dilakukan pada instrumen lembar pengamatan dengan menggunakan rumus-rumus melalui persentase.


Persentase
Kriteria
Skor ≥ 75%
Skor ≤ 65% sampai < 75%
Skor < 65%
Tinggi
Sedang
Rendah
Tabel 3.1 Kriteria Penafsiran Tingkat Keaktifan Siswa
(2)  Data Performansi Guru
              Skor perolehan dari hasil observasi performansi guru adalah sebagai berikut:
               

Keterangan:
APKG 1       = Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran
APKG 2       = Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
(Tim Review dan Revisi APKG PPGSD, 1998:12)
Tabel 3.2 Skala Penilaian Performansi Guru
Nilai Angka
Nilai Huruf
86-100
81-85
71-80
66-70
61-65
56-60
51-55
0-50
A
AB
B
BC
C
CD
D
E
                                                                   
                                                                    (Pusat Pengembangan PPL, 2011:12)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah model pembelajaran make a match pada siswa kelas V di SDN Pengalusan 4 Purbalingga dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi hasil belajar siswa, aktivitas belajar, dan performansi guru.
Kenaikan hasil belajar siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini.

  Gambar 1. Diagram rata-rata tes hasil belajar siklus I  dan sesudah  pembelajaran  siklus II.
Berdasarkan Diagram tersebut, rata-rata hasil belajar siswa Pada hasil siklus I  rata-rata nilai hasil belajar siswa hanya 71,07 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 83,21. Ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu: (1) keberanian siswa dalam bertanya kepada guru; (2) keterlibatan siswa dalam mencari pasangan kartu jawaban; (3) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru; (4) kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru; (5) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil tugas kelompok; dan (6) hubungan kerja sama antar siswa pada saat kerja kelompok.
Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran meningkat dengan rata-rata 73,67% pada siklus I menjadi 80,92 pada siklus II. Aktivitas siswa pada saat pembelajaran make a match materi jenis-jenis tanah sudah cukup baik. Persentase kehadiran siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dan siklus II mencapai 100%. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I cukup baik, karena masih banyak siswa yang cenderung pasif, malu bertanya, tidak mau bekerjasama dengan temannya, dan kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Pada siklus II sudah baik, hal ini dibuktikan dengan siswa terlihat aktif, senang, tertarik, mau bekerjasama dengan temannya, dan antusias dengan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa dapat memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik.
Peningkatan juga terjadi pada performansi guru. Hasil observasi performansi guru untuk siklus I sudah memenuhi indikator, yaitu nilai di atas 75 (B). Hasil observasi performansi guru juga mengalami peningkatan. Nilai APKG siklus I pertemuan 1 sudah memenuhi indikator, yaitu nilai di atas 75 (B) dengan angka 81,52. Nilai APKG siklus I pertemuan 2 mendapat nilai 84,23. Pada siklus II pertemuan 1 nilai APKG meningkat menjadi 89,43, sedangkan untuk pertemuan 2 siklus II menjadi 92,28. Sehingga performansi guru mendapatkan nilai A.
Pemaknaan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti dalam melakukan pembelajaran jenis-jenis tanah di SD Negeri Pengalusan 4 Purbalingga  dapat diambil simpulan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil. Keberhasilan dari penelitian ini dapat dilihat dari semua  indikator keberhasilan yang menjadi tolak ukur keberhasilan penelitian sudah tercapai. Hasil pre-test  belum memenuhi batas ketuntasan hasil belajar. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 50. Nilai tersebut belum memenuhi nilai rata-rata yang sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu 60. Siswa yang mencapai ketuntasan hanya berjumlah 3 siswa atau 21,43%. Hal ini menegaskan bahwa masih dibutuhkan perbaikan strategi pembelajaran yang sesuai sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai batas ketuntasan SD Negeri Pengalusan 4 Purbalingga.
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada materi jenis-jenis tanah, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I diketahui bahwa terdapat 10 siswa atau 71,43% yang tuntas belajar atau mempunyai nilai diatas KKM yaitu 60. Sedangkan, sebanyak 4 siswa atau 28,57%  tidak tuntas atau dibawah KKM.  Nilai rata-rata siklus I adalah 71,07 yang termasuk dalam kategori baik. Dengan nilai rata-rata tersebut maka ada peningkatan dari nilai pre-test ke siklus I sebesar 21,07 poin. Pada siklus II tingakat ketuntasan mencapai 100% atau tuntas semua. Nilai rata-rata siklus II adalah 83,21 yang termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata dari pre-test ke siklus I sebesar 12,14.
Aktivitas siswa pada saat pembelajaran make a match materi jenis-jenis tanah sudah cukup baik. Persentase kehadiran siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dan siklus II mencapai 100%, hal ini menunjukan ketertarikan siswa dengan pembelajaran yang dilakukan. Kehadiran siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan, karena pada indikator keberhasilan kehadiran siswa minimal 75%. Penggunaan model make a match pada pembelajaran jenis-jenis tanah untuk mata pelajaran IPA sudah dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, hal ini terlihat dari antusias siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I cukup baik, karena masih banyak siswa yang cenderung pasif, malu bertanya, tidak mau bekerjasama dengan temannya, dan kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Pada siklus II sudah baik, hal ini dibuktikan dengan siswa terlihat aktif, senang, tertarik, mau bekerjasama dengan temannya, dan antusias dengan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa dapat memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik.
Peningkatan juga terjadi pada performansi guru. Hasil observasi performansi guru untuk siklus I sudah memenuhi indikator, yaitu nilai di atas 75 (B). Hasil observasi performansi guru juga mengalami peningkatan. Nilai APKG siklus I pertemuan 1 sudah memenuhi indikator, yaitu nilai di atas 75 (B) dengan angka 81,52. Nilai APKG siklus I pertemuan 2 mendapat nilai 84,23. Pada siklus II pertemuan 1 nilai APKG meningkat menjadi 89,43, sedangkan untuk pertemuan 2 siklus II menjadi 92,28. Sehingga performansi guru mendapatkan nilai A.
Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka membawa implikasi terhadap hasil pembelajaran dengan menggunakan model make a match. Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa  dengan pembelajaran kooperatif make a match siswa dapat menemukan konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikanya dengan siswa lain dan dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. Adapun indikasinya yaitu: (1) siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi mendiskusikan masalah yang dihadapi orang lain; (2) siswa dapat belajar mengenai suatu konsep dalam susana yang menyenangkan.
Implikasi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif bagi guru yaitu guru perlu mempelajari konsep yang akan dipelajari dan mampu mengendalikan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat saling membantu dalam belajar tidak hanya bermain-main.
Implikasi bagi siswa yaitu siswa harus mengikuti pembelajaran yang dalam pelaksanaanya harus bekerja secara individual, pasangan, kelompok kecil maupun klasikal, siswa juga harus bisa saling berdiskusi dalam kelompok untukmemecahkan masalah. Siswa harus mengikuti arahan-arahan dari guru.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil simpulan yaitu: (1) Melalui model pembelajaran make a match  dapat meningkatkan hasil belajar pelajaran IPA  pada materi pokok  jenis-jenis tanah pada siswa kelas V  semester 2 SD Negeri Pengalusan 4 Purbalingga. Peningkatan ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 71,07 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,21 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal  juga mengalami peningkatan, pada siklus I adalah 71,42%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 100%. (2) Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran meningkat dengan rata-rata 73,67% pada siklus I menjadi 80,92 pada siklus II. (3) Performansi guru yang diobservasi sudah mencapai nilai baik yaitu dari hasil observasi performansi guru juga mengalami peningkatan. Nilai APKG siklus I pertemuan I sudah memenuhi indikator, yaitu nilai di atas 75 (B) dengan angka 81,45. Nilai APKG siklus I pertemuan II mendapat nilai 84,24. Pada siklus II pertemuan I nilai APKG meningkat menjadi 89,44, sedangkan untuk pertemuan II siklus II menjadi 92,3.
Saran
Guru hendaknya memahami, menerapkan, dan mengembangkan model pembelajaran make a match di kelas V sebagai salah satu altenatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Hal ini disarankan terutama bagi kelas yang memiliki karakteristik yang sama dengan latar belakang penelitian ini. Selain itu, sekolah juga hendaknya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung penerapan model pembelajaran make a match sehingga dapat meningkatkan lulusan yang berkualitas di sekolah tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Jenis-jenis Tanah Melalui Model Pembelajaran Make A Match di Kelas V SDN Pengaluasan 4 Purbalingga”. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.        Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES.
2.        Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
3.        Dra. Hartati, M.Pd, M.Pd, ketua Jurusan PGSD.
4.        Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd, Koordinator UPP Tegal Universitas Negeri Semarang.
5.        Drs. Daroni, M.Pd. Dosen pembimbing 1.
6.        Drs. Noto Suharto, M. Pd. Dosen pembimbing 2.
7.        Hadi Wasono, S.Pd, Kepala SD Negeri Pengalusan 4. 
8.        Rofitroh Awaliasih, S.Pd, guru kelas V SD Negeri Pengalusan 4.
9.        Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Huda, Miftakhul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samatowa, Usman. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: 2006. Direktorat Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Tinggi dan Ketenagaan
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Prose Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Review dan Revisi APKG PPGSD. 1998. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Citra Umbara.
Unnes. 2011. Pusat Pengembangan PPL. Semarang: Unnes Press.

Comments

Popular posts from this blog

Pantomim : Pengertian, Sejarah, Contoh dan Musik pengiringnya.

Bisnis Dengan Aplikasi Paytren, Sukses Berjamaah